Tulungagung yang dikenal sebagai wilayah penghasil marmer di Indonesia juga memiliki kerajinan batu kricak. Batu kricak umum kita temui di sepanjang rel kereta api. Batu kricak berfungsi untuk menjaga agar rel kereta api tetap berada di tempatnya apabila ada kereta api berjalan di atasnya.
Potensi dari batu kricak inilah yang dilirik oleh Bu Pini, warga desa Suwaru. Pini memanfaatkan usaha batu kricak yang dijual sebagai material bangunan. Usaha ini sudah dijalankan Suraten selama belasan tahun lamanya.
Batu-batu kricak yang didapatkan Pini biasanya langsung dijual kepada pengepul. Setiap 15 hari sekali, Pini dapat menghasilkan satu seperempat kibik batu kricak. Batu-batu tersebut biasanya dijual oleh Pini seharga Rp.350.000 per kibiknya.