Penelusuran tentang Sejarah berdirinya Desa Suwaru telah kami lakukan, baik dengan cara mengorek keterangan dari para sesepuh desa maupun melalui pencarian dokumen resmi yang berkenaan dengan sejarah berdirinya Desa Suwaru. Namun demikian sampai saat ini belum kami temukan dokumen resmi maupun cerita apapun yang berkaitan dengan sejarah berdirinya Desa Suwaru.

Beberapa  keterangan yang berhasil kami peroleh dari berbagai pihak pada umumnya dapat ditarik kesimpulan bahwa sejak jaman nenek moyang nama ”Suwaru” itu sudah melekat pada wilayah tersebut. Sedangkan sejarah pemerintahan yang menyangkut tentang awal mula pemegang kendali pemerintahan (Kepala Desa) nya pun hanya dapat ditelusuri sejak tahun 1933 di mana Kepala Desa  selaku pemegang kendali pemerintahan di desa Suwaru pada saat itu adalah Sarpin Kromodrono, yang ahirnya oleh masyarakat dikenal sebagai Kepala Desa Pertama.

Periode Sarpin Kromodrono (1933 – 1971) :

Sejak sekitar tahun 1933 di mana almarhum  Sarpin Kromodrono menjabat sebagai Kepala Desa Suwaru, hingga  saat ini telah terjadi beberapa kali pergantian Kepala Desa sebagaimana yang dapat kami paparkan pada tabel brikut ini :

Tabel 2.1.

Daftar nama-nama kepala Desa suwaru

 

No Nama Kepala Desa Periode Jabatan/ tahun Lama Menjabat
1

2

3

4

5

6

7

Sarpin Kromodrono

Irfa’i

Sutoyo

Abdul Hadi

Sutoyo

Toha Mahsun

Toha Mahsun

1933 s/d 1971

1972 s/d 1990

1991 s/d 1998

1998 s/d 2005

2006

2008 s/d 2014

2014 s/d sekarang

38    tahun

18    tahun

8    tahun

6    tahun

1    tahun

6    tahun

2 tahun berjalan

 

Wilayah Desa Suwaru membujur panjang dari tumur ke barat sehingga ahirnya dibagi menjadi 3 (tiga) Pedukuhan (Dusun). Pembagian wilayah menjadi 3 (tiga) Pedukuhan tersebut sudah ada sejak pemerintahan Sarpin kromodrono, di mana pada saat itu wilayah bagian timur disebut Dukuh Klumpit yang dipimpin oleh Uceng, bagian tengah disebut Dukuh Tanjung yang dipimpin oleh kamituwo, serta bagian barat disebut Dukuh Sedayu dan dipimpin oleh Uceng.

Dalam menjalankan tugas kepemimpinannya Kepala Desa dibantu oleh beberapa Pamong Desa sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya masing serta bertanggung jawab langsung kepada Kepala Desa sebagai tercantum dalam tabel berikut :

Tabel 2.2.

Jabatan Dalam pemerintah Desa Suwaru

No J a b a t a n Tugas Pokok dan Fungsi Keterangan
1.

2.

3.

 

4.

 

5.

 

6.

 

7.

 

Carik

Uceng /Kamituwo

Bayan

Modin

 

Jogo Tirto

 

Jogo Waluyo

 

Jogo Boyo

Pengendali administrasi desa

Pemimpin wilayah Pedukuhan

Penghubung dan pembantu Uceng/ Kamituwo pada masing-masing wilayahnya.

Pembina agama dan pencatat perihal pernikahan

Bertanggung jawab pada sistem irigasi dan pertanian.

Bertanggung jawab dalam urusan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat

Sebagai Penanggung jawab keamanan di desa.

1   Orang

3   Orang

3   Orang

 

1  Orang

 

1  Orang

 

1  Orang

 

1  Orang

 

Pada terbentuknya pemerintahan desa, seorang Sarpin Kromodrono adalah merupakan salah seorang Figur Kepala Desa senior di wilayah Kecamatan Bandung, sementara masa jabatan Kepala Desa pada waktu itu tak terbatas hingga yang bersangkutan meninggal dunia. Pada tahun 1971 Sarpin Kromodrono meninggal dunia setelah menjabat Kepala Desa selama 38 (tiga puluh delapan) tahun. Kemudian seorang tokoh pemuda bernama Irfa’i  yang tak lain adalah cucu dari almarhum Sarpin kromodrono berhasil terpilih sebagai Kepala Desa Suwaru menggantikan almarhum Sarpin Kromodrono.

Periode Irfa’i (1972 – 1990)  :

Irfa’i terpilih menjadi Kepala Desa tahun 1972 dalam usianya yang relatif belia 25 tahun, namun dia telah memiliki bekal pendidikan formal yang relatif lumayan (tamatan PGAN Malang) jika dibandingkan dengan umumnya jenjang pendidikan yang dimiliki oleh Kepala Desa lain pada waktu itu. Kondisi inilah yang ahirnya menjadikan beliau sebagai Kepala Desa termuda yang disamping mempunyai tugas-tugas dalam kepemimpinan di Desa Suwaru beliau juga sering menjadi tumpuan kepercayaan bagi Kepala Desa lain dalam pengelolaan program-program yang bersifat lintas / antar desa di Kecamatan Bandung.

Namun demikian bagi Irfa’i pengalaman yang ia peroleh dalam pengelolaan program-program lintas desa itu justru ia jadikan bekal untuk membawa kemajuan di desa Suwaru yang ia pimpin.  Suatu misal tatkala beliau dipilih untuk menjadi Ketua Koperasi Unit Desa (KUD) ”DEWI SHINTA” Kecamatan Bandung, Desa Suwaru sering ia jadikan sebagai proyek percontohan pengelolaan lahan pertanian dan sistem cocok tanam maupun persemaian bibit unggul. Maka tak ayal dengan demikian usaha pertanian di Desa Suwaru mengalami kemajuan yang pesat dengan hasil padi yang melimpah.

Pada tahun 1990 tatkala mulai diberlakukannya jabatan Kepala Desa secara periodik, Irfa’i mengahiri jabatan nya bersama sejumlah Kepala Desa yang lain. Namun demikian beliau dengan kegigihannya telah berhasil menanamkan etos kerja bagi segenap perangkat desa.

Periode Sutoyo (1991 – 1998)  :

Pemilihan Kepala Desa tahun 1991 berhasil mendudukkan Sutoyo sebagai Kepala Desa dengan masa jabatan selama 8 (delapan) tahun. Hampir seluruh desa tatkala itu mengadakan perhelatan pemilihan Kepala Desa, sehingga pada dekade tersebut benyak bermunculan tokoh-tokoh muda desa yang ahirnya tampil dan terpilih menjadi  Kepala Desa. Semangat baru untuk membangun desa masing-masing sangatlah tampak sekali, sehingga tak ayal kalau nuansa persaingan antar Kepala desa dalam memajukan desanya masing-masing juga sangat menonjol. Desa-desa yang masih tampak terbelakang dengan pola kepemimpinan yang lama (lurah sepuh) mulai menggeliat dan menata diri, sehingga dalam satu periode kepemimpinan almarhum Sutoyo itu  pula desa-desa lain telah mampu mensejajarkan diri dengan Desa Suwaru yang maju terlebih dulu.

Namun demikian Sutoyo tetap berupaya untuk tidak terkejar apalagi tertinggal oleh desa-desa yang lain. Kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat menjadi prioritasnya. Perhatiannya terhadap pertanian dan sarana-sarana irigasi/ pengairan sangat sulit untuk dicarikan bandingnya, sehingga tak jarang masyarakatnya (baik penduduk Desa Suwaru maupun di luar Desa Suwaru) terkecoh dengan penampilannya.

Baginya bukan sesuatu yang asing jika harus turun lapangan menelusuri saluran-saluran air ataupun pintu air sekalipun dalam kegelapan malam.

Semangat untuk memakmurkan rakyatnya lewat cocok tanam dan pertanian telah menyita hampir 70 % waktu dan potensi yang ia miliki dalam kepemimpinannya. Dalam kondisi sedemikian itu konsentrasi pembangunan sarana dan prasarana produksi banyak terfokus pada optimalisasi hasil pertanian, sementara upaya untuk menyeimbangkan kemajuan bangunan fisik yang lain (seperti halnya jalan, dan lingkungan) juga ditempuh dengan menggalang kesadaran masyarakat untuk bekerja bhakti/ bhakti sosial.

 

Periode Abdul Hadi (1998 – 2005)  :

            Awal tahun 1998 Abdul Hadi terpilih sebagai Kepala Desa melalui proses pemilihan yang cukup alot. Pemilihan Kepala Desa saat itu diikuti oleh 3 (tiga) calon Kepala Desa dengan memperebutkan hampir 900 suara pemilih, hasil pemilihan waktu itu menunjukkan bahwa calon dengan perolehan suara terbanyak ke-tiga mendapatkan 83 (delapan puluh tiga) suara, sehingga sisa suara yang ada diperebutkan oleh 2 (dua) orang calon yang lain yang ahirnya mendudukkan Abdul Hadi sebagai Kepala Desa dengan peolehan suara terpaut 11 (sebelas) suara (lebih unggul) dari perolehan calon ke-dua.

Dalam peta perpolitikan di desa kondisi ini akan berpengaruh pada implementasi kebijakan Kepala Desa kebawah, belum lagi pada tahun yang sama itu pula telah terjadi Reformasi Nasional yang berdampak pada euvoria politik yang sering salah arah. Menyadari tentang hal itu Abdul hadi lebih memilih menerapkan pola kebijaksanaan ”Butten Up” dalam sistem kepemimpinannya, di mana dia lebih mengutamakan masukan (permasalahan) dari masyarakat ketimbang harus menerapkan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang terkesan mendikte. Ternyata dengan pola kepemimpinan yang diterapkan ini  justru berhasil mengurai beberapa permasalahan yang telah lama mengerak di masyarakat.

Menjadi sebuah catatan penting bahwa reformasi yang tatkala itu hampir identik dengan demonstrasi telah banyak membawa keterpurukan dan ketidak adilan. Banyak pejabat dari tingkat pusat sampai desa dihujat dan dilengserkan. Namun sifat kearifan Abdul Hadi yang cenderung menghindari konfrontasi pemikiran itulah yang jastru bisa membawa kehidupan masyarakat Desa Suwaru lebih kondusif dan tenang jika dibandingkan dengan wilayah desa-desa lain di sekitarnya.

Setahun Periode Sutoyo (2006)

Adalah Sutoyo yang pada kompetisi Pilkades 1998 meraih posisi runer up dengan perolehan suara terpaut 11 di bawah Kepala Desa terpilih (Abdul Hadi) waktu itu, mencalonkan diri untuk kembali menduduki jabatan Kepala Desa yang kedua kalinya setelah satu periode (1991-1998) ia menjabatnya.

Nyaris tak ada kendala waktu itu perhelatan Pilkades maret 2006 berhasil mendudukkan Sutoyo sebagai kepala Desa untuk yang ke-duakalinya,  di mana kali ini pencalonan beliau dampingi oleh  Istri tercinta Dra.Robingatun.

Terinspirasi oleh kemajuan yang telah berhasil dicapai oleh desa lain, terutama Desa Bandung, Sutoyo memulai kepemimpinannya dengan sebuah gagasan besar berupa rencana pendirian pertokoan dengan mengalokasikan lahan tanah kas desa yang terletak di sepanjang jalur Bandung-Prigi, akan tetapi begitu gagasan itu mulai memasuki tahap awal pembicaraan takdir berkata lain dan pada bulan nopember 2006 beliau pun dipanggil menghadap Sang Khaliq  dalam usianya yang ke 40 setelah ia lalui 9 bulan masa jabatannya..

Dalam situasi berkabung itulah ahirnya Badan Permusyawaratan Desa (BPD)  memutuskan untuk mengambil tenggang waktu dalam pembentukan Panitia Pemilihan Kepala Desa, sementara mengangkat Kaur Pembangunan untuk duduk sebagai Pelaksana Harian Kepala Desa Suwaru hingga terpilihnya Kepala Desa yang baru.

 

Periode Toha Mahsun I  (2008 s/d 2014)

            Akhir tahun 2007 akhirnya dibentuklah Panitia Pemilihan Kepala Desa, yang dengan kerja kerasnya panitia bisa menggelar Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) pada Ahad 13 Januari 2008. Perhelatan kali ini diramaikan oleh 2 (dua) orang kandidat Kepala Desa, Ny.Robingatun yang tak lain adalah istri almarhum Sutoyo dan Toha Mahsun  tokoh pemuda setempat yang ahirnya berhasil menduduki Jabatan Kepala Desa dengan selisih perolehan suara yang cukup signifikan.

Kebijaksanaan ke-dalam : Berbekal dukungan masyarakat luas, berwatak kritis dan berfikir praktis Toha Mahsun memulai kepemimpinannya, ide besar berdirinya pertokoan di jalur Bandung-Prigi  yang telah digagas oleh pendahulunya segera ia wujudkan, tak kurang dari 32 unit lokasi toko dalam waktu sekejap telah habis dikontrak warga, sementara sebagian besar uang kontrak/sewa yang terkumpul ia gunakan untuk renovasi Balai Desa, tak ayal dalam 2 tahun pertama masa kepemimpinannya telah bisa mewujudkan 2 proyek besar (pertokoan dan Balai Desa) yang menjadi impian masyarakat Desa Suwaru.

Sementara itu watak kritis dan pemikiran praktis beliau telah menjamah pada sistem efisiensi struktur pemerintahan desa, baginya keberadaan Perangkat Desa di bawah Sekretaris Desa yang berjumlah 10 (sepuluh) orang itu masih terlalu banyak dan membebani keuangan desa, maka tatkala salah seorang perangkat (Stap Kepala Dusun) waktu itu telah habis masa jabatannya Toha Mahsun memilih untuk tidak mengisi lowongan jabatan itu. Bukan tanpa alasan karena dengan demikian sebagian tanah ex bengkok tadi bisa dialokasikan untuk pemekaran tanah makam yang ada di Dusun Krajan (Tanjung), sementara sisa tanah yang lain tetap menjadi aset sumber keuangan desa.  ”Kebijaksanaan simbiosis”… barangkali itulah ungkapan yang lebih tepat dalam program pemekaran tanah makam tersebut, area makam yang tanahnya masih rendah di uruk dan disejajarkan dengan tanah makam yang lainnya dengan mengambil material urukan  dari tanah/ sawah kas desa disekitar makam yang cenderung masih menggenang sehingga jika musim tanam tiba sawah tersebut akan lebih mudah di airi.

Kebijaksanaan Keluar : Menyadari akan keterbatasan keuangan yang dimiliki oleh Desa Suwaru Toha Mahsun mulai mencari cari celah bagaimana dinamika pembangunan di Desa Suwaru bisa berjalan dengan tanpa harus mengorbankan rakyat, maka ia mulai memupuk strategi lobi dan menjalin kedekatan dengan beberapa pihak yang berkompeten dengan kebijaksanaan program pembangunan daerah. Dan ternyata upaya itu tidak sia-sia, terbukti dalam 3 tahun pertama ia memimpin telah banyak proyek pembangunan sarana infra struktur yang turun ke Desa Suwaru :

Tabel 2.4.

Proyek yang pernah masuk di Desa Suwaru

 

No N a m a  P r o y e k L o k a s i Anggaran
1

2

3

4

5

6

7

8

Pengerasan Jalan / Makadam

Aspal Jalan

Jembatan

Talut jalan

Aspal Jalan

Pavingisasi (PPIP)

Aspal Jalan

Pintu air

Sedayu Klumpit

Sedayu

Krajan

Sedayu

Klumpit

Sewilayah Desa

Krajan

Krajan

Pemkab

Pemkab

Pemkab

Pemkab

Pemkab

Pusat

Pemkab

Pemkab

               

            Periode Toha Mahsun II ( 2014-2019)

            Pada kepemimpinan periode I bapak Toha Mahsun sangat diterima oleh masyarakat sehigga beliau mencalonkan kembali untuk periode II ini dengan ditemani oleh Bu Puji Astutik. Dan akhirnya beliau terpilih kembali menjadi Kepala Desa Suwaru periode II. Beliau akan semakin memajukan Desa Suwaru untuk ke depannya.